Jumat, 24 Juni 2016

Mengapa 1 putaran 360˚?

Mengapa 1 putaran 360˚?

Nurul Sofariah – 152151166

D
erajat (secara lengkap, derajat busur), biasanya disimbolkan dengan °, adalah ukuran sudut yang dapat dibentuk pada sebuah bidang datar, menggambarkan 1360 dari sebuah putaran penuh. Artinya besar 1 derajat adalah satu juring pada lingkaran yang dibagi menjadi 360 buah juring yang besarnya sama. Jika sudut tersebut dinyatakan terhadap sebuah meridian referensi, sudut tersebut menunjukkan sebuah lokasi pada sebuah lingkaran besar sebuah bola (seperti Bumi, Mars, atau bola langit). 1° sama dengan 60 menit (ditulis 60') dan 1' sama dengan 60 detik (ditulis 60"). Derajat dan satuan-satuan pembaginya adalah satu-satunya satuan yang penulisan angka dan simbol satuannya tidak dipisah (contoh 15° 30', bukan 15 ° 30 ').

Derajat bukanlah satu-satunya pengukur besarnya sudut yang dibentuk. Selain derajat, terdapat satuan lain yaitu radian. Satu radian setara dengan 57.2957795131°. Satu putaran penuh besarnya 2*pi yang merupakan keliling lingkaran yang berjari-jari 1.
 
Dari bangsa Sumeria yang tinggal di Mesopotamia (sekarang Irak selatan). Bangsa yang telah menemukan tulisan sekitar tahun 3000 SM ini telah membuat kalender pada 2400 SM. Kalender itu terdiri atas 12 bulan dimana masing-masing terdapat 30 hari. Total jadi 360 hari.

Temuan ini didasari dari pengamatan mereka terhadap matahari, dan lima planet yang dapat terlihat (Merkurius, Venus, Mars, Yupiter dan Saturnus). Jalur melingkar matahari melintasi bumi diketahui 360 hari. Karena gerakan Matahari dianggap sebagai lingkaran penuh, untuk itu diputuskan satu putaran lingkaran penuh terdiri atas 360 derajat.

Eratosthenes adalah cendekiawan Yunani yang hidup di Alexandria, sebuah kota di Mesir. Dari pengamatan sederhana yang dilakukan, ia mampu mengukur ukuran seluruh planet. Eratosthenes tahu bahwa jarak luar biasa antara matahari bumi, sinarnya mencapai Alexandria dan Syene dalam berkas-berkas sinar sejajar yang berdampingan

Jika bumi datar maka bayangan akan lenyap di seluruh dunia pada tanggal 21 Juni. Namun, ia memperkirakan karena bumi melengkung, tembok-tembok dan tiang-tiang di Alexandria sekitar 800 km sebelah utara Syene menonjol dari permukaan bumi dengan sudut berbeda.
Pada saat yang sama di Alexandria, suatu kota di utara Syene yang menurut Erathostenes terletak dalam satu garis bujur yang sama dan berjarak 5000 stadia dengan kota syene, tugu-tugu membentuk suatu bayangan dengan sudut 7,5 derajat.

Gambar 1. Perbandingan Efek Pencahayaan Matahari Anatara Syene dan Alexandria
Dari kenyataan itu, Erathostenes semakin yakin bahwa bumi memang bulat. Bukan itu saja, melalui peristiwa ini ia juga berhasil menghitung keliling bumi. Dengan mengukur sudut bayangan tugu di Alexandria dan mengukur jarak Syene Alexandria maka dapat ditentukan berapa besar keliling bumi. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan oleh Erathostenes, sudut bayangan tugu sebesar 7,5 derajat sedangkan jarak antara Syene dan Alexandria adalah 5000 stadia. Stadia adalah satuan panjang yang biasa digunakan oleh orang yunani kuno, menunjuk pada panjang arena stadium (tempat diadakannya perlombaan olah raga). Satu stadia kira-kira sama dengan 185 m.

Bagaimana peristiwa tersebut dapat dijadikan dasar untuk menghitung keliling bumi?
Pertama, jika pada waktu yang sama diperoleh bahwa di suatu tempat matahari tidak membentuk bayangan dan di tempat lain yang masih satu garis bujur matahari telah membentuk bayangan dengan sudut tertentu, maka sudut tersebut merupakan sudut antara kedua kota terhadap pusat bumi.
Kedua, jika sudut dan jarak antara kedua kota telah diketahui, maka  dapat membuat perbandingannya dengan sudut seluruh permukaan bumi dan keliling bumi.


Keliling Bumi : Jarak Syene_Alexandria = 360 derajat : 7,5 derajat
Erathostenes menganggap bahwa besar sudut antara kota Syene dan Alexandria (7,5 derajat) adalah kira-kira 1/50 dari sudut seluruh permukaan bumi (360 derajat). Oleh karena itu, persamaan di atas dapat diselesaikan untuk mencari keliling bumi, yaitu:
Keliling Bumi = 50 x Jarak Syene_Alexandria = 50 x 5000 stadia = 250.000 stadia = 45.750 km.
Hasil tersebut hanya meleset sekitar 15% dari perhitungan modern. Inilah cara yang ditempuh oleh ilmuan di era yang sangat silam untuk mengukur keliling bumi.


Versi Ahli Astronomi Babilonia dan Yunani
Sebenarnya ada lagi penjelasan yang menunjukan bahwa satu lingkaran penuh adalah 360 derajat, adalah para ahli astronomi Babilonia dan Yunani dengan menggunakan teori trigonometri. Mereka membagi sebuah lingkaran dengan satu segitiga sama sisi yang sisinya sama dengan jari-jari lingkaran. Dalam satu lingkaran terdapat enam segitiga yang disebut chord.

Pada zaman itu, basis bilangan adalah Seksagesimal (60). 1 chord terdiri atas 60 derajat. Maka satu lingkaran penuh enam chord dikalikan 60 (6×60 = 360). Itulah beberapa penjelasan bahwa Lingkaran penuh adalah 360 derajat.

Dalam menentukan 1 tahun, orang Mesir meneliti memakai Sirius, bintang paling terang di langit. Dan mereka berhasil mendapatkan 365 hari dalam satu tahun. Orang Mesopotamia, Yahudi, Romawi dan Arab, memakai yang lebih terang lagi, yaitu bulan. Namun bulan bukan bintang dan terlalu dekat dengan bumi, akibatnya satu tahun yang mereka hitung adalah 354 hari. Mesopotamia, Yahudi dan Romawi menyadari ketidaktelitian ini dan mereka menyesuaikan kalender mereka dengan menyelipkan bulan tambahan sehingga satu tahun bisa jadi 365 hari. Masalah ini penting bagi negara lintang atas, karena mereka punya empat musim. Mereka harus menggunakan tahun yang teliti untuk memastikan saat musim berganti. Arab yang berada di selatan tidak terlalu terpengaruh. Akibatnya mereka tetap bertahan dengan kalender bulannya.

Orang Maya dari Amerika Tengah akibatnya membagi hari mereka ke dalam 18 bulan dengan masing-masing 20 hari. Tapi itu baru 360. Orang Maya sudah tau kalau satu tahun 365 hari. Akibatnya bagaimana?  Mereka menambah lima hari lagi yang disebut hari sial. Sama dengan orang Mesir. Mereka membagi setahun dalam 12 bulan masing-masing 30 hari, dan menambahkan lima hari sial. Dalam satu tahun 365.256 363 051 hari (365 hari 6 jam 9 menit 9.7676 detik). Dan ini tidak tetap, peristiwa seperti gempa bumi atau letusan gunung berapi dapat memperlambat atau mempercepat (tergantung posisi bumi di orbit, jika di perihelion dia melambat, jika di aphelion meningkat) dalam beberapa mikro detik. Sebagai contoh gempa di Chile  yang mencapai 8.8 skala Richter, mempercepat panjang hari saat kejadian sebesar 1.26 mikro detik. Angin mendorong bumi mundur hingga setahun bertambah panjang 1.25 mikro detik. Efek Poynting-Robertson (geseran debu di atmosfer bumi) memperpendek 30 nano detik setiap tahun. Belum lagi efek gelombang gravitasi yang memperpendek 165 atto detik per tahun. Secara total, panjang waktu dalam setahun di bumi ini meningkat sekitar 0.002 detik per abad.

Zaman  dulu menyebutkan 1 tahun itu 360 hari. Sekitar 400 juta tahun lalu, justru setahun itu jumlah harinya lebih panjang dari sekarang. Setahun panjangnya 400 hari. Dan ini karena panjang satu hari itu lebih pendek dari sekarang. Di waktu itu, sehari hanya sekitar 22 jam saja. Dan sehari di waktu bumi terbentuk 4.5 miliar tahun lalu, hanya 6 jam lamanya. Karena sebelumnya orang kuno itu mampu menghitung bukan hanya jumlah jam, tetapi sampai ke jumlah menit dalam sehari dengan tepat, berarti seharinya tetap 24 jam tanpa kurang satu menit pun. Dan ini berakibat pada setahun yang juga tetap 365 hari, bukannya 360 hari.

Jadi kesimpulannya derajat adalah ukuran yang dapat dibentuk pada bidang datar dengan satuan (°) menggambarkan 1/360 dari putaran penuh. Ada juga suku yang lebih kecil daripada derajat, yaitu menit (‘), detik (“). Derajat biasanya digunakan untuk menentukan besar satuan sudut.

Keliling sebuah lingkaran adalah pi  dikalikan dengan diameter lingkaran. Bisa juga dengan 2pi dikalikan dengan jari-jari, keliling sebuah lingkaran adalah 360 derajat. Pada lingkaran satuan akan berlaku keliling satuan sama dengan 2pi. Sehingga pi itu setara dengan 180 derajat. Dengan derajat memudahkan dalam merubah derajat ke radian dan begitupun sebaliknya.

Dengan mengetahui dari mana asal satu lingkaran penuh 360° didapat. Sebenarnya penulis ingin memberikan informasi mengenai satu lingkaran penuh 360° lebih banyak namun penulis kesulitan untuk mendapatkan referensi dari sumber manapun. Dengan dibuatnya artikel ini penulis berharap untuk pembaca agar dapat mengembangkan materi dan mencari referensi dari sumber lain.

DAFTAR PUSTAKA

Afdan, ZK (2011) Eratosthenes manusia pertama yang dapat mengukur keliling bumi [online]. Tersedia:

Hysoc, (2013) Derajat Satuan Sudut [online]. Tersedia:

Nikko (2012) Asal Usul Lingkaran Penuh 360° [online]. Tersedia:

Nurohman, Sabar (TT) Mengukur Keliling Bumi [online]. Tersedia:
  
The X (2010) Satu Tahun 360 Hari [online]. Tersedia: